Lantun ini yang berisikan tentang pandangan hidup seseorang

Rabu, 27 Juni 2012

Menyakiti si Sakit



Oleh Ramadhan Batubara

Dalam setahun sedikitnya 4.800 warga Medan berangkat ke luar negeri untuk berobat. Angka tersebut bisa dianggap besar. Bahkan, beberapa kalangan menganggap angka itu luar biasa mengingat banyaknya rumah sakit di Medan. Adakah rumah sakit di Medan begitu mengenaskan hingga warga Medan beramai-ramai berobat ke luar negeri di sana?
Rasanya tidak sportif juga jika menjelekan rumah sakit di Medan saja. Dari 4.800 warga Medan yang berobat ke luar negeri bisa dipastikan tidak semuanya puas. Baiklah jika pelayanan di sana hebat, namun soal kesembuhan tentunya tidak bisa diklaim langsung seratus persen. Contohnya, ada seorang kawan yang tak puas saat berobat di sebuah rumah sakit di Penang, Malaysia. Setelah dua bulan berobat di sana, dia pun dibawa kembali ke Medan. Dia diterbangkan dari Malaysia dalam posisi masih sakit. Badannya penuh selang dan dia pun sama sekali tidak bisa berjalan.
Di Medan dia dirawat di sebuah rumah sakit milik swasta. Cukup dua minggu dan dia pun kembali sehat. Kini, dia sudah kembali bekerja, tubuhnya pun sudah kembali tegap.
Pertanyaannya, benarkah pengobatan di rumah sakit swasta di Medan bisa mengalahkan rumah sakit pemerintah Malaysia di Penang? Terserahlah, yang jelas sang kawan sembuh di rumah sakit yang ada di Medan!
Selama ini yang terekam di otak adalah pelayanan rumah sakit di Penang sana adalah yang terbaik. Bagaimana tidak, pasien ditangani dengan profesional. Tidak itu saja, keluarga pasien pun diservis dengan baik. Sementara, rumah sakit di Medan melakukan sebaliknya. Untuk kawan saya tadi, hal itu malah sebaliknya.
Menurut pengakuan keluarga sang kawan, di Penang komunikasi antara pasien dan perawat atau dokter kurang lancar, tentunya hal ini soal bahasa. Bahasa Melayu yang digunakan perawat dan dokter susah dimengerti, apalagi sang kawan sedang sakit. Hingga, sugesti yang dikirimkan perawat dan dokter tidak sampai. Inilah yang menyebabkan, ketika sang kawan dirawat di Medan, dia bisa semangat. Sugesti yang disampaikan dokter dan perwat bisa dicernanya langsung. Dan kelebihan satu lagi, di Medan, banyak rekan yang mengunjunginya! Hal inilah yang menimbulkan semangat hidup sang kawan tadi.
Soal penyakit memang bak misteri. Peralatan yang serba canggih bukan jaminan bisa menyembuhkan. Di sisi lain, dokter dan perawat yang jagoan memberikan sugesti pun bukan jaminan. Ada bahasa lain yang membuat pasien bisa sembuh, yakni kenyamanan; nyaman dengan peralatan dan nyaman dengan kemampuan dokter dan perawat. Beberapa ribu orang bisa sembuh di Penang atau Malaka karena dia merasa nyaman dan yakin bisa disembuhkan. Begitu juga ribuan orang bisa sembuh di rumah sakit kecil milik swasta yang ada di Medan.
Itulah sebab, kita juga wajib membicarakan ribuan bahkan ratusan ribu hingga jutaan orang yang berobat dan sembuh di rumah sakit yang ada di Medan. Dengan kata lain, meski berbeda, rumah sakit di luar negeri dan di Medan adalah sama saja; mengobati orang sakit. Masalah si sakit sembuh atau tidak kan urusan lain.
Pertanyaan yang menarik adalah kenapa dalam setahun begitu banyak warga Medan yang sakit? Untuk menjawab pertanyaan tadi tentunya dibutuhkan kajian mendalam. Tentu hal ini berkaitan dengan berbagai unsur.
Mengaca pada 4.800 warga Medan yang berobat ke luar negeri, pastinya yang diperiksa dan diobati bukanlah sakit yang bersifat dadakan seperti kecelakaan dan sebagainya; kalau kecelakaan tentunya mencari rumah sakit terdekat. Jika begitu, penyakit yang diobati dan diperiksa merupakan penyakit yang bersifat 'berat'. Nah, begitu banyakah warga Medan yang berpenyakit 'berat'? Perlu diingat, ini belum termasuk warga yang berpenyakit 'berat' yang dirawat di rumah sakit di Medan. Ada apa dengan Medan? (*)

Sumut Pos, Rabu 27 Juni 2012

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates