Oleh Ramadhan Batubara
PTT. Sebuah akronim yang marak di Kota Medan. Ya, PTT atawa Pantang tak
nge-Top ini cenderung diberikan pada orang-orang yang tak mau kalah; orang yang
maunya terus tampil; orang yang harus jadi perhatian; dan lain-lain. Intinya,
PTT adalah julukan yang diberikan agar si penerima julukan mau mengurangi
ke-PTT-anya tadi.
Tapi, Ini Medan, kata warga Sumatera
Utara. Soal sindirian sudah tak lagi ampuh; jangankan sindiran, makian pun
kadang tak dipedulikan. Maka, biarkan saja dia PTT.
Soal PTT ini sejatinya bak sudah mendarah daging. Lihatlah, pantang ada
produk baru yang dikeluarkan sebuah perusahaan, warga Medan seakan tak mau
ketinggalan untuk memilikinya. Buktinya, berbagai jenis otomotif terbaru,
elektronika teranyar, dan sebagainya seakan tak luput dari kota ini. Maka,
ketika seorang kawan dari seberang melihat mobil Hummer melintas di jalanan
Medan, dia geleng-geleng kepala. Ayolah, mobil itu harganya lebih dari tiga
miliar rupiah. "Gak haruslah pakai mobil seperti itu. Untuk apa sih? Gaya
banget," keluhnya.
Tapi, begitulah, PTT memang soal gaya. Nah, yang namanya gaya, tentunya
bisa mencuri perhatian. Maka, bukan sesuatu yang aneh ketika beberapa tokoh
ramai-ramai buka suara soal keinginannya untuk mencalonkan diri sebagai
gubernur Sumatera Utara yang baru. Bukankah gubernur merupakan posisi yang
penuh gaya? Dan, seorang gubernur tentu memiliki posisi paling top alias paling
tinggi di sebuah provinsi.
Menariknya, beberapa waktu ke belakang, geliat tokoh untuk maju dalam
Pilgubsu tidak hanya milik tokoh lokal alias Sumatera Utara semata. Mereka yang
berkecimpung di level nasional pun seakan berebut tampil di Sumut. Tambah
menarik, di Partai Demokrat, beberapa kader juga PTT. Sebut saja Sutan
Bathoegana, Ruhut Sitompul, dan yang terbaru Jhonny Allen serta Kastorius
Sinaga. Pertanyaannya, adakah mereka berempat akan bersaing mewakili Demokrat
dalam Pilgubsu 2013?
Pasti, jawabannya belum tentu. Sutan Bathoegana mungkin sudah serius untuk
menjadi mewakili Demokrat. Setidaknya, dia telah mengembalikan fomulir
pendaftaran atau resmi mendaftar dari partai berlambang mercy itu. Ruhut atau
si Poltak Raja Minyak dari Medan? Dia belum melakukan gerakan apa pun selain
mengklaim paling beken. Sedangkan Jhonny Allen dan Kastoris Sinaga, dua tokoh
ini memang belakangan muncul untuk isu Pilgubsu, jadi belum begitu terlihat,
meski kabarnya sudah melakukan survey kecil-kecilan.
Karena itulah, sosok Sutan mungkin paling tampak. Apalagi, dia telah
mengklaim mendapat restu dari sang ketua partai, Anas Urbaningrum. Sayangnya,
klaim itu malah dibantah Kastoris. Kata Kastoris, Sutan memang sudah mendapat
restu, tapi Anas juga memberi restu pada siapa saja yang mau maju dalam
Pilgubsu mendatang.
Nah, terlepas dari peluang masing-masing tokoh dari Demokrat tadi, unsur
PTT tadi memang lebih tampak dalam geliat mereka bukan? Tidak hanya tokoh dari
Demokrat, sosok dari partai lain pun sama saja. Semuanya seakan tak mau tak
tampil. Semuanya seakan ingin diperhatikan. Dan, semuanya seakan paling mantap.
Itu namanya panggaron, kata seorang kawan. Orang yang panggaron
itu memang aneh. Makin dielus, makin jadi. Contohnya, ketika dia dipuji karena
makan satu buah cabai rawit, maka dia akan memakan lebih banyak lagi. Meski
merasa kepedasan, dia tetap makan cabai itu karena pujian tadi. Nah, menurut
kawan saya, seperti itulah PTT tersebut.
Jadi, bisa saja apa yang dilakukan para tokoh tak murni untuk benar-benar
maju dalam Pilgubsu. Bukankah bisa diartikan mereka memanfaatkan waktu yang
panjang sebelum pendaftaran resmi calon gubsu untuk ajang PTT? Hm, bagaimana Anda menyikapinya sajalah. (*)
Sumut Pos, Selasa 22 Mei 2012
0 komentar:
Posting Komentar