Oleh Ramadhan Batubara
Biasanya hari jadi atau Hari Ulang Tahun (HUT) penuh harapan dan target
untuk satu tahun ke depan. Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang ulang
tahun kemarin malah mendapat 'tekanan'. Bagaimana tidak, sang pemimpin,
Presiden Republik Indonesia, SUsilo Bambang Yudhoyono (SBY), malah memberikan
pesan yang cukup serius.
Ya, pada acara yang dipusatkan di Markas Komando Brigade Mobil, Kelapa Dua,
Depok, Jawa Barat itu SBY meminta anggota Polri untuk tidak korupsi.
"Tuntaskan reformasi birokrasi internal Polri. Cegah dan berantas semua
bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme di jajaran Polri," begitu kata SBY.
Bayangkan bagaimana menerapkan kalimat SBY tadi. Ayolah, pada amanat
tersebut ada kata 'semua bentuk korupsi' harus diberantas bukan? Inilah yang
agak repot, pasalnya korupsi yang dimaksud oleh SBY tidak sekadar penyelewengan
uang. Korupsi waktu juga termasuk bukan? Lalu, bagaimana dengan korupsi
kebijakan?
Memang, soal korupsi uang yang melibatkan anggota Polri belum ada yang
begitu menghebohkan selain pengaduan mantan istri Brigadir Jenderal Y ke Komisi
Pemberantasan Korupsi beberapa waktu lalu. Namun, dari kalimat SBY tadi seakan
mengatakan kalau memang ada korupsi di tubuh Polri bukan?
Tapi sudahlah, berbicara soal korupsi tidak akan habis-habisnya. Ini masih
soal penyelewengan dana, bagaimana dengan penyelewengan waktu atau kebijakan
atau yang lainnya? Fiuh, pasti akan lebih komplek lagi. Kembali ke HUT Polri,
peringatan itu jelas-jelas tidak mirip acara ulang tahun anak balita. Tidak
ramai warna. Tidak pakai badut. Dan, tidak penuh ceria. Makin menyesakkan dada
adalah peringatan HUT di Papua. Anggota Polri yang berada di sana tidak
memperingati hari jadi mereka pada 1 Juli. Mereka memperingatinya pada 2 Juli.
Lho, apakah Polri di Papua dan provinsi lain itu beda?
Ternyata tidak sesederhana itu. Polisi di Papua harus legowo mengundurkan
peringatan HUT ke-66 Bhayangkara karena bertepatan dengan dengan HUT Organisasi
Papua Merdeka (OPM). "Kebijakan
Kapolri peringatan di Papua dilaksanakan 2 Juli," begitu pernyataan dari
Kadiv Humas Polri, Irjen Saud Usman Nasution.
Setelah memberikan pernyataan itu pada media, Saud menambahkan seluruh
personel Polri di Papua saat ini fokus melaksanakan pengamanan guna menghindari
gangguan keamanan dan ketertiban di masyarakat menyusul peringatan hari jadi
OPM tersebut. Bendera Bintang Kejora, simbolnya OPM, pun dijadikan barang haram
untuk dikibarkan.
Hasilnya, Bintang Kejora tetap berkibar di Papua, kemarin. Tidak itu saja,
peristiwa penembakan yang diduga kelompok OPM terhadap seorang kepala desa di
wilayah perbatasan Papua dan Papua Nugini pun terjadi. Kepala Desa Saweotami,
Wembi, Johanes Yanafrom (30) tewas tertembak sekitar pukul 09.15 WIT. Jika
begitu, bukankah lebih baik peringatan hari jadi tetap dilaksanakan pada 1 Juli
bukan?
Maksud saya begini, atas nama keamanan HUT di Papua ditunda. Nah, setelah
ditunda, ternyata tetap saja kecolongan. Jadi, kenapa harus ditunda jika
ternyata kecolongan juga? Begitulah pikiran sederhana saya. Ya, persis ketika
SBY mengatakan 'cegah dan berantas semua bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme
di jajaran Polri'. Pikiran sederhana saya mengatakan, pasti ada sesuatu yang
menyebabkan SBY berkata demikian bukan? Ya, adalah sangat lucu ketika seorang
presiden sembarangan bicara. Pastinya, dia telah memikirkan sesuatu sebelum
berucap. Dan, latar belakang pemikirannya tentunya ada sebab. Nah, sebabnya
apa? Sudah ada korupsi di tubuh Polri atau sudah ada gejala?
Tapi sudahlah, setidaknya apa yang
diungkapkan oleh SBY adalah sebuah pesan baik agar Polri semakin baik.
Bagaimanapun di pundak Polrilah keamanan negeri ini. Ya, sekali lagi selamat
HUT ke-66 Bhayangkara! (*)
Sumut Pos, Senin 2 Juli 2012
0 komentar:
Posting Komentar