Ini Budi
Masih ingat dengan pelajaran membaca ketika sekolah
dasar? Ya, apalagi kalau bukan soal kalimat: ini Budi, ini ibu Budi, dan
seterusnya. Pelajaran yang gampang bukan? Tentunya bagi mereka yang cepat
menangkap huruf.
Tapi tunggu dulu, kawannya kawan saya yang berada di
Labuhanbatu sana, punya masalah soal kalimat tadi. Bukan karena dia lambat
menangkap huruf, tapi karena dia bernama Budi.
Itulah sebab, ketika disuruh membaca oleh guru, dia malah
jadi bahan tertawaan. Bagaimana tidak, lantang dia membaca 'ini Budi' dengan
kalimat 'ini saya', hehehehe.
Apakah dia salah? Jika dilihat dari barisan huruf,
tentunya dia keliru. Tapi, coba pikirkan sisi lainnya. Ya, dia tidak salah
ketika dia menyebut Budi sebagai 'saya' bukan? Kan namanya memang Budi.
Nah, soal Budi ini belakangan kembali marak. Tentunya
bukan Budi kawannya kawan saya tadi. Ini Budi Gunawan, calon tunggal Kapolri
yang dipilih Presiden Jokowi itu. Saya melihat banyak juga yang bisa salah baca
soal Budi ini. Apalagi ketika dihubungkan dengan politik balas budi yang marak
didengungkan lawan politik Jokowi dan Partai Demokrasi Indonesia Perubahan
(PDIP) .Gabungan kata 'balas budi' tadi kan bisa bermakna 'balas Budi'. Ayolah,
marak dikabarkan kalau Budi Gunawan punya andil besar terhadap kemenangan Jokowi
sebagai presiden dan PDIP sebagai pemenang Pemilu. Jadi, apalah arti jabatan
Kapolri untuk seorang Budi setelah 'jatah' menteri gagal diberikan untuknya.
Jokowi bahkan sampai dianggap tak konsisten karena tak
melibatkan PPATK dan KPK dalam memilih pejabat negara layaknya yang dia lakukan
saat menyeleksi menteri. Pasalnya, si Budi ini namanya marak dihubungkan dengan
dugaan kepemilikan rekening gendut.
Mengetahui pemilihan Budi menuai polemik, sang wakil,
Jusuf Kalla (JK) langsung turun tangan. Dia langsung bela Budi. Apakah ini juga
balas budi? Entahlah, yang jelas, JK meminta semua orang menggunakan asas
praduga tak bersalah. Pun, dia menyiratkan, apakah menjadi pejabat itu tak
boleh kaya? “Mengharapkan semua pejabat miskin baru dibilang pejabat yang baik,
tidak bisa juga kan?”
Terus dia bilang lagi, “Jangan hanya dihubungkan gajinya.
Mungkin saja dia tabungan sejak dulu, bisa saja anaknya dagang, bisa saja dia
beli tanah.” Tentu kalimat ini menyoal
uang Budi yang berada di rekening sebanyak 24 miliar rupiah.
Hm, saya jadi berpikir, ketika ‘keburukan’ Budi begitu
diekspos kenapa masih banyak yang membelanya? Siapa yang salah membaca Budi
ini? Apakah ini bisa dikatakan mirip dengan ‘ini Budi’ yang dibaca oleh Budi,
temannya teman saya tadi? Kita tunggu sajalah. (*)
0 komentar:
Posting Komentar