Mencari JK
Ketika Joko Widodo (Jokowi) mendadak dipasangkan dengan
Jusuf Kalla (JK) khalayak terhenyak. Bukan sekadar tak terduga, tapi muncul
sebuah ketakutan luar biasa kalau Jokowi akan berada di bawah bayang-bayang JK.
Bagaimana tidak, ketika menjadi wakil Susilo Bambang Yudhoyono, JK terlihat
menonjol. Jadi, saat jenderal saja bisa ditaklukan, bagaimana dengan Jokowi
yang 'ndeso' itu.
Ceritanya, tetap saja Jokowi dan JK terpilih. Seratus
hari telah berlalu. Pemerintahan yang dipimpin pasangan ini seperti tak berhenti
membuat sensasi. Kontroversi. Dan, semuanya dimuarakan ke Jokowi.
Pertanyaannya, kemana JK yang sebelumnya terkenal dominan itu? Sengaja dipendam
atau terpendam dengan 'pesona' Jokowi.
Kalau kita bicara JK dipendam, mungkin, jawabannya bisa
saja. Contohnya kasus AirAsia. Saat itu JK ditunjuk sebagai penanggung jawab.
JK pun kerja, tampil di televisi; koordinasi sana-sini. Namun, ketika dia punya
momen untuk beraksi, Jokowi pun muncul. Lihatlah konfrensi pers yang seperti
tabrakan. Selang beberapa saat JK menggelar jumpa pers, Jokowi pun menggelar
agenda yang sama. Ketika JK muncul di Surabaya untuk melihat langsung posko dan
kel;uarga korban, Jokowi tidak ketinggalan. Lalu, Jokowi langsung leading
dengan mengunjungi lokasi jatuhnya AirAsia. Fakta ini, jelas menunjukkan JK
dipendam. Anda setuju? Terserah.
Lalu, JK terpendam sendiri. Hal ini terkait 'pesona'
Jokowi yang luar biasa.Ayolah, siapa yang mau menghitung perbandingan
kemunculan Jokowi dan JK ke khalayak? Apalagi, ketika terpilih, khalayak memang
lebih memandang Jokowi daripada JK. Meski ada pembagian wilayah dalam mendulang
suara, JK seakan terpendam sendiri. Bandingkan ketika Jokowi berpasangan dengan
Ahok saat memimpin Jakarta. Ahok cenderung lebih menonjol dari JK saat
berpasangan dengan Jokowi bukan?
Menariknya, posisi JK yang terpendam ini sejatinya cukup
menguntungkan. Seratus hari berlalu, dengan segala keputusan kontroversi,
apakah JK pernah dilibatkan? Apakah JK pernah dikritik ketika terbentuk
wantimpres, kenaikan dan penurunan harga BBM, pemilihan kapolri, pelantikan
sekda provsu, dan sebagainya? Siapa yang tahu kalau dalam memutuskan kebijakan
itu JK tak berperan. Bukankah bisa saja pembisik Jokowi sebernarnya adalah JK
dan bukan Megawati atau Surya Paloh seperti yang selama ini didengung-dengungkan?
Bukan maksud untuk mendiskreditkan JK, tapi cukup
menimbulkan kepenasaran ketika JK sama sekali tidak tersentuh dalam
gonjang-ganjing pemerintahan yang baru berusia seratus hari itu. Entahlah,
mungkin hanya JK yang tahu apa yang terjadi. Yang jelas, seseorang yang pernah
makan cabai, pasti akan lebih cepat mengambil air putih dibanding orang yang
baru pertama kali memakannya kan? (*)
0 komentar:
Posting Komentar