Ilmu Selamat
Orang pintar cari
subsidi, kata Iwan Fals. Disambungnya lagi, anak kami kurang gizi. Ya, itu lirik lagunya yang berjudul Galang Rambu Anarki. Lalu, Benyamin S
pun berkata: Jakarta kebanjiran, di Bogor
angin ngamuk. Nah, yang ini judulnya Kompor
Meledug.
Sengaja saya kutip dua lagu dari dua penyanyi legendaris
Indonesia itu. Bukan sekadar ngefans, namun pesan yang mereka sampaikan dalam
lirik itu cukup nyata. Contohnya soal subsidi, hm, siapa yang tidak mengambil
subsidi dari gonjang-ganjing Indonesia ini? Buktinya, kasus korupsi seakan
tiada henti. Itulah sebab, siapa yang pintar cari subsidi, dialah yang selamat.
Masalah nanti ketangkap KPK karena ketahuan korupsi, itu kan urusan lain. Toh, KPK sekarang sedang di ujung
tanduk; banyak gerakan yang membuat komisi itu melemah.
Tapi, anak kami
kurang gizi. Kalau yang ini karena ilmu selamatnya kurang ampuh. Tidak
pandai cari subsidi. Maka, tahankanlah ketika susu anak pun terpaksa diganti
kelasnya; dari yang berharga lumayan ke kelas lumayan ada susu.
Kalau Benyamin S, saya kutip soal banjir. Bayangkan saja,
lagu itu dibuat tahun berapa. Sang legenda telah memprediksi soal banjir
Jakarta. Nah, bagi mereka yang pintar ilmu selamatnya, tentu sudah mendapat
solusi. Contohnya, mereka membuat rumahnya tiga lantai. Lantai satu dan dua
dibiarkan untuk menampung air banjir, sedangkan lantai atas mereka siapkan
untuk huni. Misalnya kawan saya yang berada di Kalibata. Ketika ke sana saya
agak terkejut melihat rumahnya. Dia tinggal di Gang Kelinci. Tapi bukan itu
masalahnya, rumah itu tiga lantai dan fungsinya seperti yang saya tulis tadi.
Keluarga kawan saya itu memang kurang beruntung karena tidak bisa punya
apartemen yang ketinggiannya mengimbangi Monas. Tapi setidaknya dia punya ilmu
selamat juga.
Orang-orang lain, yang mungkin punya kesejahteraan lebih,
selain ke apartemen, banyak juga yang pindah ke daerah lain. Ya, tidak
jauh-jauh. Masih masuk dalam wilayah Jabodetabek lah. Beberapa dari mereka,
banyak yang memilih ke Bogor. Ayolah, bukan rahasia lagi kalau Bogor dijadikan
kambing hitam untuk banjir Jakarta bukan? Pasalnya, Bogor memiliki tanah yang
lebih tinggi dari Jakarta hingga air di Bogor tumpah ke ibu kota. Orang-orang
yang punya ilmu selamat langsung memilih ke hulu bukan?
Sayangnya, Presiden Jokowi pakai ilmu selamat itu juga.
Kurang kreatif. Nanggung. Hanya karena Istana Merdeka terkepung banjir, eh, dia
malah mau eksodus ke Bogor. Kantornya dipindahkan ke Istana Bogor. Apakah dia
tidak takut kalau di Bogor angin ngamuk
seperti dibilang Benyamin S? Kita tunggu sajalah. (*)
0 komentar:
Posting Komentar