Rekor Setengah
Christiano Ronaldo dan Lionel Messi terus berlomba
mencetak rekor. Berbagai pemerintah kota maupun pemerintah kabupaten berlomba
tercatat dalam Museum Rekor Indonesia. Dengan kata lain, rekor bak tujuan saja.
Salah? Sepertinya tidak. Karena pada dasarnya setiap
manusia ingin tercatat dalam sejarah. Namanya keinginan pun tak pernah berhenti
bukan? Contohnya, meski sudah tercatat sebagai pemain sepak bola mahal, Ronaldo
dan Messi juga ingin dicatat terus. Atau, ketika sudah tercatat sebagai
pemegang rekor pembakar ikan terpanjang, Kabupaten Tapanuli Tengah pun tak
berhenti, mereka mencetak rekor lain dengan tarian martumba terbanyak.
Pun saya, meski telah mendapat poin tinggi dalam game
yang ada di computer, saya tak mau berhenti. Saya malah nafsu untuk memcahkan
rekor sendiri. Padahal, game itu tidak diperlombakan dan hanya saya sendirian
yang main. Hehehehe.
Meski begitu, ada juga rekor yang sejatinya ingin
dihindari. Misalnya, rekor pencetak gol termandul untuk Ronaldo dan Messi tadi.
Di lain bidang, ada pula rekor yang terbentuk karena keadaan. Nah, yang ini
cocok untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi). Saat ini, dialah pemegang rekor
sebagai presiden pertama yang mengangkat pelaksana tugas atau Plt untuk jabaran
Kapolri.
Apakah Jokowi memang ingin dicatat dalam sejarah untuk
hal itu hingga dia melakukan dengan sengaja? Saya rasa tidak. Pasalnya, sejak
era Soekarno hingga dirinya, memang belum ada jabatan tersebut. Terbentuknya
jabatan itu kan karena ada sesuatu yang tak benar. Ya, apalagi soal penundaan
pengangkatan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri.
Meski rekor baru, sejatinya Jokowi malah bisa dikatakan
mengikuti Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Presiden ‘nyentrik’ ini
juga tercatat dalam sejarah Polri. Ya, dia juga menunjuk pejabat ‘setengah’ Kapolri.
Bukan Plt, tapi pelaksana tugas. Ujung-ujungnya, Gus Dur terdepak dari Istana
dan digantikan Megawati Soekarnoputri.
Nah, Jokowi yang memilih kapolri setengah bukan berarti
tidak bisa terdepak dari Istana. Potensi cukup besar mengingat parlemen telah
membuat jebakan batmen hingga Jokowi pun harus mengambil langkah tadi. Apapun
yang dilakukan terhadap pelantikan kapolri bias menjadi senjata untuk
menyerangnya. Jika dia batalkan Budi sebagai Kapolri, maka parlemen akan
melakukan interpelasi karena anggota dewan telah menyetujui pilihan itu. Lalu,
jika dia lantik Budi sebagai kapolri, interpelasi juga akan dilakukan oleh
Partai Demokrat karena status Budi yang sudah tersangka. Menariknya, pilihan
Jokowi pada Komjen Budi Gunawan juga dikait-kaitkan dengan Megawati
Soekarnoputri.
Jika memang Jokowi akhirnya terdepak gara-gara ini, maka
presiden yang baru, ingatlah pesan ini: jangan main-main dengan jabatan
kapolri, apalagi membuatnya menjadi setengah. Fiuh. (*)
0 komentar:
Posting Komentar