Lantun ini yang berisikan tentang pandangan hidup seseorang

Kamis, 26 Februari 2015

8 Februari 2015



Panpel


Beberapa waktu lalu, ketika istilah event organizer (EO) merebak, seksi sibuk suatu acara biasanya disebut sebagai panitia pelaksana alias panpel. Mereka inilah yang bertanggung jawab untuk segala hal. Mulai dari acara hinga segala tetek bengek lainnya.
Dan bukan rahasia, malah seharusnya, panpel sekadar menjalani acara yang dipesan. Artinya, dia tidak diberi kebebasan luar biasa dalam konsep. Segala sesuatu tentunya merupakan pesanan dan ketika mereka punya ide yang lebih baik tentunya mereka harus izin pada yang punya gawean. Maka, ketika tiba-tiba panpel alias EO disalahkan, tentunya menjadi sesuatu yang lucu bukan?
Hal ini mengarah pada kalimat yang dikeluarkan Menteri Perindustrian Indonesia Saleh Husin terkait MoU antara PT Adiperkasa Citra Lestari dengan perusahaan otomotif Proton Malaysia. Pada acara itu,  tertulis 'MoU Signing Ceremony for the Development & Manufactur of Indonesia National Car' yang dibentangkan di balik panggung penandatanganan yang dihadir Presiden Jokowi dan Perdana Menteri Malaysia Nadjib Razak.
Kalimat 'Indonesia National Car' inilah yang kemudian menjadi masalah. Ya, kalimat yang kalau diterjemahkan menjadi mobil nasional itu mengundang polemuik luar biasa. Bayangkan saja, Indonesia menggandeng Proton untuk mobil Indonesia. Fiuh, luka terhadap Malaysia kan masih membekas dan banyak. Bukan sekadar soal iklan 'Fire Your Indonesian Maid' saja, Malaysia kan memang sudah berulang kali membuat Indonesia luka. Nah, di saat seperti itu, kok bisa menjadikan Proton sebagai mobil nasional.
Mungkin karena tak mau berkembang lebih jauh, Menteri Saleh Husin pun langsung menyebutkan itu karena ulah EO saja. Seharusnya, MoU itu murni bisnis antara PT Adiperkasa Citra Lestari  milik Hendropriyono dengan Proton. "Backdrop kan selalu EO (event organizer) yang buat," begitu kata sang menteri.
Maka, mari kita kembali: panpel sekadar menjalani acara yang dipesan. Artinya, mungkinkah sang panpel berani mencantumkan 'Indonesia National Car' di backdrop kalau tak ada yang pesan? Tapi, siapa yang pesan?
Anggaplah Indonesia atau sebut saja PT Adiperkasa Citra Lestari, tak punya peran dalam urusan tulisan tersebut, tapi kenapa dibiarkan? Baiklah jika pihak Indonesia kecele soal itu, karena itu pandai-pandaian Proton dan Malaysia saja untuk menaikan branding, tapi kenapa dibiarkan?
Lalu, ketika merebak soal mobil nasional, kenapa tidak dibiarkan dan buru-buru menyalahkan EO?  Jangan-jangan, seperti kata orang bijak: orang yang kentut adalah orang yang paling rebut mencari siapa yang kentut. Hm, semoga tidaklah…. (*)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates