Lantun ini yang berisikan tentang pandangan hidup seseorang

Kamis, 26 Februari 2015

25 Januari 2015



Tukang


Namanya tukang, meskipun sangat ahli, tetaplah disebut tukang. Itulah sebab ketika tukang rumput di komplek perumahan saya tak pernah mengeluh atau protes saat dipanggil tukang. Padahal keahliannya cukup luar bisa, tidak sekadar halaman jadi rapi, bebatuan di sekitar rumput pun tak ada yang terbang terkena 'senjatanya'.
Banyak yang bilang tukang tetaplah tukang karena dia tidak memiliki sertifikasi. Tidak punya kode etik tertulis. Profesinya itu pun tak terlindungi khusus oleh undang-undang. Yang paling ekstrem, keberhasilan seorang tukang lebih pada ketekunan dan bakat. Belajarnya pun bisa di sembarang tempat dan bukan di lokasi yang terdaftar dan berizin dari kementerian tertentu.
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang tukang pun tak mengenal tata cara baku. Dia bisa sesukanya selama pekerjaannya beres. Dengan kata lain, seorang tukang hidup berjasa bukan karena 'ijazah'.
Soal tukang ini mendadak menelusup ke otak saya gara-gara Koordinator Kontras Haris Azhar. Bagaimana tidak, dia mengatakan kalau Presiden Jokowi hanyalah tukang stempel. Artinya, secara tak langsung, menurut saya, sepertinya Haris ingin mengatakan Jokowi sebagai presiden adalah orang yang tidak bersertifikasi dan hanya mengandalkan ketekunan serta bakat semata. Pun, Jokowi kurang terpelajar (tentunya dalam politik) karena tak tertempa dengan baik di dunia politik; karirnya seperti karbitan. Ya, Jokowi kan tidak begitu identik dengan partai tertentu meski dia merupakan jagoan dari partai itu. Jokowi yang dikenal hanya sebatas wali kota yang naik menjadi gubernur kemudian presiden.
Saya juga menerjemahkan sebutan 'tukang' itu bak kerja yang tak menganal tata cara baku. Setidaknya, apa yang dilakukan Jokowi belakangan ini, khususnya soal Kapolri dan KPK, menunjukkan itu. Pertikaian makin tajam. Sementara Jokowi cenderung main aman.
Menyambung julukan Haris untuk Jokowi, sebagai tukang tetaplah harus dihargai bukan? Seperti satu tukang rumput di komplek perumahan saya. Dia unik. Ketika tukang rumput lain bekerja dari luar pagar bagru ke dalam pagar, dia malah sebaliknya. Saya pernah protes. Tapi dengan santai dia mengatakan, yang penting selesai dan bersih. Ketika saya tanyakan alasannya, dia dengan santai lagi dia berkata: mau dari depan atau dari belakang kan sama saja.
Tak berdebat, saya biarkan saja dia bekerja seperti maunya. Ternyata hasilnya tetap sama; bersih. Begitulah, namanya tukang ya tetap tukang kan? (*)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates