Lantun ini yang berisikan tentang pandangan hidup seseorang

Kamis, 26 Februari 2015

14 Januari 2015



Sayang Anak


Beberapa tahun lalu, ketika  usai masa Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh, beberapa orangtua di Langsa mendapat masalah. Anak mereka yang masih usia sekolah dasar – tepatnya masih kelas 1 hingga kelas 3 – ngotot minta uang lebih ketika Lebaran. Jika sang anak minta uang untuk beli makanan mungkin tidak masalah, toh sudah semacam tradisi ketika Lebaran anak kecil memiliki uang berlebih, tapi ini karena sang anak mau membeli senjata!
Tapi tunggu dulu, senjata yang dimaksud di sini adalah senjata mainan. Bentuknya memang mirip hanya senjata dan pelurunya terbuat dari plastik. Walau begitu, namanya senjata, meski mainan, ketika ditembakan terasa sakit juga. Yang menambah dilema, senjata itu ternyata ditembakan anak-anak ke polisi lalu lintas yang mengatur jalan. Tapi atas nama sayang anak, ya tetap saja uang lebih diberikan.
Tak pelak, ketika lebaran, polisi lalu lintas pun lebih banyak ‘sembunyi’. Tentunya mereka tak mau jadi sasaran. Selain itu, anak-anak yang bersenjata tadi pun sibuk menyerang anak-anak lainnya di kampung sebelah. Bak perang, mereka pun tak berhenti memuntahkan peluru, menuju lawan yang lengah. Ujung-ujungnya perkelahian tercipta. Dan, orangtua pun harus repot dengan itu semua.
Saya teringat kisah itu bukan hanya karena ada anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang tadi malam berhasil ditembak. Ini karena kasus sayang anak. Tepatnya, anak Budi Gunawan yang dengan gampangnya mendapat kredit Rp57 miliar untuk bisnis. Padahal, usianya saat itu masih sembilan belas tahun. Ceritanya, anak Budi yang bernama M Herviano Widyatama mau bisnis hotel dan pertambangan. Karena tak punya uang, dia pun meminta pada ayahnya. Budi yang saat itu berpangkat brigadir jenderal berjanji untuk membantu dengan mengenalkan pada rekannya. Maka terjadilah ikatan bisnis dengan Pacific Blue International Limited. Hm, gampang ya….
Atas nama sayang anak, ternyata Budi bisa mengusahakan dana itu. Ya, walau ujung-ujungnya dana itu jadi soal. Terserahlah. Yang jelas kasih seorang bapak sungguh luar biasa bukan? Kasih tanpa memandang risiko. Mungkin, kalau saja tahu dana itu menjadi sandungan menuju kursi kapolri,  tentunya Budi bisa menahan permintaan itu. Tapi, kalau saja dana itu tak ada, mungkinkah Budi juga dicalontunggalkan jadi Kapolri? Entahlah.
Risiko yang diambil Budi bisa dikatakan mirip dengan apa yang dilakukan para orangtua di Langsa ketika Lebaran. Atas nama ingin anak senang, uang itu akhirnya menjadi senjata makan tuan. Namun, ada juga beberapa orangtua di Langsa yang memang sengaja memberi uang lebih agar anaknya bisa membeli senjata lho. Pasalnya, dia suka melihat anaknya menembaki polisi. Maklum, dia memang punya cerita tak sedap saat masa DOM. Kalau begitu, bagaimana dengan Komjen Budi Gunawan? (*)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Free Website templatesfreethemes4all.comLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesFree Soccer VideosFree Wordpress ThemesFree Web Templates